Presiden Hamid Karzai menangis saat berpidato di sebuah sekolah menengah ketika dia mengeluhkan berbagai masalah yang dialami Afghanistan. Dalam pidato yang ditayangkan televisi nasional itu, di hadapan para guru dan murid di pusat kota Kabul, Karzai mengatakan dia khawatir perang di negaranya akan mendorong putranya meninggalkan tanah airnya.
Dia mengeluhkan bahwa anak-anak Afghanistan dan guru-guru takut pergi ke sekolah karena bom dan ancaman lain. Sebelumnya sebuah ledakan bunuh diri menewaskan wakil gubernur provinsi Ghazni.
Pidato Karzai itu dimaksudkan untuk mendorong pendidikan di negaranya, dimana angka melek huruf hanya sekitar 30%. Presiden Afghanistan itu kemudian mulai menitikkan air mata saat mengatakan dia ingin rakyat di negaranya mendapatkan pendidikan dan mandiri.
"Anak laki-laki kita tidak bisa bersekolah karena bom dan serangan bunuh diri. Guru-guru kita tidak bisa berangkat ke sekolah karena bentrokan senjata dan ancaman pembunuhan. Gedung-gedung sekolah ditutup," katanya. Merujuk kepada putranya yang berusia tiga tahun, dia menambahkan: "Saya ingin dia bersekolah di sini. Demi Allah saya khawatir, saya khawatir. Oh saudara-saudara, saya khawatir. Mudah-mudahan Mirwais tidak terpaksa meninggalkan Afghanistan."
Liputan pidato di depan ratusan guru, murid dan pejabat pendidikan itu menunjukkan sebagian hadirin juga menangis. Pidato itu dilakukan beberapa hari setelah sebuah buku baru karya wartawan veteran Amerika Bob Woodward menyebutkan informasi intelijen bahwa presiden Afghanistan itu didiagnosis menderita depresi berat dan mendapat pengobatan.
Dia mengeluhkan bahwa anak-anak Afghanistan dan guru-guru takut pergi ke sekolah karena bom dan ancaman lain. Sebelumnya sebuah ledakan bunuh diri menewaskan wakil gubernur provinsi Ghazni.
Pidato Karzai itu dimaksudkan untuk mendorong pendidikan di negaranya, dimana angka melek huruf hanya sekitar 30%. Presiden Afghanistan itu kemudian mulai menitikkan air mata saat mengatakan dia ingin rakyat di negaranya mendapatkan pendidikan dan mandiri.
"Anak laki-laki kita tidak bisa bersekolah karena bom dan serangan bunuh diri. Guru-guru kita tidak bisa berangkat ke sekolah karena bentrokan senjata dan ancaman pembunuhan. Gedung-gedung sekolah ditutup," katanya. Merujuk kepada putranya yang berusia tiga tahun, dia menambahkan: "Saya ingin dia bersekolah di sini. Demi Allah saya khawatir, saya khawatir. Oh saudara-saudara, saya khawatir. Mudah-mudahan Mirwais tidak terpaksa meninggalkan Afghanistan."
Liputan pidato di depan ratusan guru, murid dan pejabat pendidikan itu menunjukkan sebagian hadirin juga menangis. Pidato itu dilakukan beberapa hari setelah sebuah buku baru karya wartawan veteran Amerika Bob Woodward menyebutkan informasi intelijen bahwa presiden Afghanistan itu didiagnosis menderita depresi berat dan mendapat pengobatan.