Komunitas alQuds Invision

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

    Kembalinya Afghanistan Era 80'an

    Ali Sufyan
    Ali Sufyan
    Moderator
    Moderator


    Posting : 65
    Poin : 210
    Age : 41
    Lokasi : Ankara, Turkey

    Kembalinya Afghanistan Era 80'an Empty Kembalinya Afghanistan Era 80'an

    Post by Ali Sufyan Wed 23 Dec 2009, 17:52

    Ini adalah deja vu pada skala besar dan berdarah. Jenderal Stanley McChrystal, komandan AS di Afghanistan, memberi saran kepada presidennya bahwa "orang-orang Afghanistan mengalami krisis kepercayaan karena perang melawan Taliban tidak membuat hidup mereka lebih baik." Mengubah kata "Taliban" untuk "Mujahidin", dan Anda memiliki pengulangan yang tepat apa yang Rusia alami seperempat abad lalu.

    Seperti NATO hari ini, Kremlin menyadari pasukannya memiliki sedikit sekali kendali di luar kota-kota utama. Persamaannya tidak berakhir di sana. Rusia menyebut musuh-musuh Afghanistan mereka sebagai dukhy atau hantu, selalu ada tapi tidak terlihat, seperti yang tersembunyi di dalam kematian ketika masih hidup.

    Pemerintah Soviet tidak pernah mengundang wartawan Barat, tapi Anda bisa melacak veteran perang Afghan di Moskow yang muram hidupnya. Mereka terkena wajib militer, tidak seperti Inggris dan pasukan AS, jadi mungkin kemarahan mereka sangat meledak-ledak jika diingatkan tentang Afghanistan.

    Tapi berapa banyak veteran Inggris akan berbagi sentimen-sentimen yang terus terngiang-ngiang di telinganya: "Kau ingat seorang ibu yang kehilangan anaknya. Ibu itu terus berkata," Ia telah menunaikan tugasnya. Ia menunaikan tugasnya sampai akhir." Itu hal yang paling tragis. Tugas apa? Ya, tugas apa yang telah ditunaikan oleh anak seorang ibu di Afghanistan?

    Setiap kali pasukan Inggris yang berada di dalam mobil lapis baja melewati pasar-pasar dan jalan-jalan yang kosong, semua orang Russia berkata semua itu adalah sebuah kesia-siaan perang belaka.

    Ketika kembali ke Moskow, para tentara Russia merasa muak. Mereka mulai bisa berpikir. “Perlahan, sangat perlahan, setelah perang, Anda mulai berpikir, membayangkan, mengingat apa yang terjadi, desa-desa yang rusak, ekspresi wajah orang, dan sebagainya,” sesal sebagian bekas prajurit Russia di Afghan.

    Rincian Perang Soviet berbeda dari hari ini. Taliban yang merupakan kelanjutan dari kaum Mujahidin yang tangguh menghadapi AS dan NATO yang merupakan replika dari Russia. Para tentara Russia banyak berpesan, “Jangan menganggu perempuan. Jangan pergi ke kuburan. Jangan masuk ke masjid.”

    Perbedaan yang besarnya, sejauh ini, adalah bahwa setelah bertahun-tahun kerugian dari kepemimpinan Soviet yang kejam adalah kesadaran untuk tidak pernah bisa memenangkan perang.

    Mikhail Gorbachev mencoba berbicara dengan musuh untuk membentuk koalisi pemerintah Afghanistan (kondisi saat ini "Apakah kita berbicara dengan Taliban?"), tetapi ketika mereka dan para pendukung Barat menolak, dia tidak tahu pula apa yang harus dilakukan berikutnya. Sementara tentara Russia banyak yang tergerus, tewas memperjuangkan sesuatu yang tak tentu.

    Apakah Barack Obama memiliki akal sehat untuk melakukan hal yang sama? Pada bulan Januari 1989, enam minggu sebelum Rusia menyelesaikan penarikan mundur, sebuah tulisan muncul di koran, bahwa sesuatu di tahun 80-an dulu, sangat mungkin terjadi lagi hari ini dengan AS dan NATO sebagai Russia-nya. (sa/prisonerofjoy)

      Waktu sekarang Wed 15 May 2024, 17:44