Komunitas alQuds Invision

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

    Perang Terhadap Terorisme: Perang Terhadap Islam?

    sonjeykhan
    sonjeykhan
    Jenderal Besar Artrab
    Jenderal Besar Artrab


    Posting : 11
    Poin : 8

    Perang Terhadap Terorisme: Perang Terhadap Islam? Empty Perang Terhadap Terorisme: Perang Terhadap Islam?

    Post by sonjeykhan Thu 12 Feb 2009, 13:53

    Adanya perbedaan sikap pemerintah dalam menyikapi antara terorisme dan gerakan separatisme, mengundang berbagai kritikan. Pemerintah sepertinya memberikan banyak kelonggoran terhadap tindakan yang nyata-nyata merupakan upaya memisahkan diri seperti yang terjadi di Aceh, Papua dan Maluku. Sampai-sampai di depan presiden aktivis RMS bisa mengibarkan bendera RMS meskipun belum benar-benar berkibar.

    Di Papua, polisi bahkan tidak bisa masuk ke dalam gedung , saat bendera Bintang Kejora dikibarkan dengan disertai teriakan merdeka berulang-ulang. Hal yang sama terjadi di Aceh, pembentukan partai GAM dengan bendera GAM, seperti tidak disikapi dengan serius , meskipun berbagai pihak telah banyak mengecam.

    Beda halnya, saat sikap pemerintah terhadap apa yang dituduh sebagai terorisme. Sikap represif pun digunakan oleh pemerintah terutama oleh Densus 88 yang dibentuk untuk memerangi terorisme. Penahanan tanpa bukti yang jelas, penyiksaan untuk mendapat pengakuan, sampai tembak di tempat, menjadi lumrah dilakukan terhadap kelompok yang dituduh teroris. Salah satu advokad yang menggugat keberadaan Densus 88 Munarwan memberikan memberikan contoh yang terjadi pada penangkapan Syaiful Anang, alias Mujadid, alias Joko, alias Brekele oleh Densus 88 Antiteror di Purwosari, Kranggan, Temanggung kemarin siang dibeberkan dua saudaranya.

    Dalam keterangan mereka, Syaiful ditangkap dalam kondisi tanpa perlawanan saat ditembak kakinya. Yusuf Helmi Ahmad, 33, dan Sabar, 35, --keduanya kakak kandung Ragil Sri Hastuti, 26, istri Syaiful-- menilai telah terjadi kekerasan dalam penangkapan adik iparnya itu. Difasilitasi Front Perlawanan Penculikan (FPP), Yusuf membantah adiknya melakukan perlawanan saat ditangkap. "Jadi tidak benar kalau adik saya melakukan perlawanan, ketika terjadi penggerebekan yang berujung pada penembakan itu. Yang benar, adik saya ditembak kakinya di halaman, setelah diseret dari dalam rumah. Ada warga yang melihat hal itu," kata Yusuf, yang kemarin siang didampingi oleh Direktur FPP Kholid Syaifulah. (Jawa Pos Dotcom Kamis, 29 Maret 2007)

    Masih menurut Munarman hal yang sama menimpa Abdullah Umamity. Pada tanggal 18 Mei 2005 di Desa Wamsisi Densus 88 Anti Teror melakukan penangkapan terhadap Abdullah Umamity dengan cara kekerasan melakukan penyiksaan dengan cara membakar pada bagian payudara kanan dan kiri, pusar, dan pada kemaluan, ditelanjangi dan disuruh minum air laut, dibakar dan disiram dengan air laut, dipukul dengan senjata MK 3, dipukul pada mata kaki dengan menggunakan besi.

    Masalahnya menurut mantan ketua YLBHI ini , tidak semua mereka yang ditangkap tersebut terbukti sebagai teroris. Sementara tidak sedikit dari mereka yang sudah didzolimi. Ia mencontohkan, perlakuan terhadap Ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang diambil paksa secara kasar dan arogan saat sakit dari RS Muhammadiyah Solo , ternyata tidak terbukti sebagai teroris apalagi Amir Jama'ah Islamiyah. Shalahuddin Sutowijoyo als Chepy mengalami hal serupa, yang disangkakan melakukan tindak pidana terorisme akan tetapi hal tersebut di dalam persidangan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme malainkan di putus 3 (tiga) tahun atas pelanggaran Abdul Wahid Kadungga yang sangkakan sebagai teroris ternyata dalam persidangan majelis hakim memutuskan hanya melakukan pelanggaran Imigrasi dengan masa percobaan. Sementara itu pada 16 Mei 2005 di Air Kuning saat mengantar muatan (ojek) Wahidin Rahman als Wahid di tangkap oleh Densus 88. Anti Teror Selama 4 hari diperiksa oleh 4 Penyidik Wahidin Rahman als Wahid dinyatakan tidak terlibat dengan Terorisme, akan tetapi dalam penyidikan Wahidin Rahman als Wahid dipukul, ditendang dan diestrum.

    Perbedaan sikap terhadap kelompok sepratisme dan kelompok yang dituduh teroris, menimbulkan anggapan bahwa pemerintah bertindak dengan arahan asing. Dukungan asing terhadap sepratisme membuat pemerintah ekstra hati-hati, karena khawatir dituduh melanggar HAM. Sementara itu, kelompok yang dianggap teroris diperlakukan represif untuk menunjukkan bahwa Indonesia mengikuti trend global perang melawan terorisme. Suripto,anggota Komisi I, DPR, dalam wawancara dengan tabloid Intelijen (no 11 , 19 juli-1 Agustus) menyatakan hal ini terjadi karena aparat keamanan masih menggunakan pradigma lama, seakan-akan ancaman itu hanya karena dari ekstrim kanan dan kiri, akibatnya soal seperatisme cenderung dibiarkan.


    Meneror Umat Islam

    MR Kurnia, dari Lajnah Siayasiyah menyayangkan sikap pemerintah ini. Menurutnya, membebek mengikuti kepentingan asing tidak akan pernah mengungtungkan Indonesia , justru yang lebih diuntungkan adalah asing. Mengikuti pradigma asing dalam perang melawan terorisme menurut Kurnia akan menempatkan kelompok Islam dan umat Islam sebagai musuh utama. Sebab, menurutnya, perang malawan terorisme yang terjadi sekarang sesungguhnya adalah perang melawan Islam.

    Pendapat MR Kurnia ini memang ditunjang oleh beberapa fakta. Sejak awal perang Bush telah mengisyaratkan ini dengan menyebut perang melawan terorisme adalah crusade (perang salib). Meskipun mengaku salah ucap , kata-kata yang senada diulangi lagi oleh Bush dan pejabat di bawahnya. Perang ini pun menjadikan Islam sebagai monster dan iblis . Tampak dari istilah-istilah berkonotasi buruk yang disandingkan dengan Islam oleh Bush untuk menamakan musuhnya seperti istilah islam fasis , islam radikal, atau islam militan. Bush di depan The National Endowment for Democracy (september 2003) menyebut ideologi teroris dengan istilah 'the murderous ideology of the Islamic radical' dan menyamakan perang ini sama dengan perang melawan komunsime.

    Bush dan sekutunya pun menjadikan konsepsi Islam seperti syariah, jihad dan Khilafah menjadi musuh dalam perang ini. Jihad yang demikian mulia dalam pandangan Islam pun dikonotasikan jelek dan merusak. Bush dan sekutunya juga sering mengkaitkan bahwa ideologi teroris yang menurutnya bercita-cita menerapkan syariah Islam dan Khilafah. Bush dalam sebuah pidatonya mengatakan para teroris hendak membangun sebuah imperium radikal Islam dari spanyol sampai Indonesia. Rumsfeld pun mengatakan hal yang sama dengan mengatakan di Irak akan berdiri Khilafah Islam kalau tentara AS ditarik dari sana (Washintonpost 5/12/2005). Blair sekutu dekat Bush pun lebih jelas lagi dengan menyebut empat ciri ideologi setan para teroris : anti Israel, anti Nilai-nilai Barat, ingin menerapkan syariah Islam, dan mempersatukan umat Islam dengan Khilafah (BBC News 16/07/2005).

    Demikian kalau melihat sebagai besar nama orang dan data organisasi yang dianggap teroris adalah orang Islam adan organisasi dengan nama Islam. Lebih-lebih lagi kalau dihitung jumlah korban yang paling besar justru adalah umat Islam . Perang Irak dan Afghanistan telah menelan ratusan ribu kaum muslim. Bandingkan dengan 3000 korban WTC. Disamping itu negeri-negeri Islam-lah yang menjadi sasaran perang ini seperti Irak dan Afghanista. Sementara Iran dan Suriah sepertinya menunggu giliran berikutnya. Yang pasti kalau AS juga menyerang kedua negara ini, akan semakin sulit negera Paman Sam ini menolak bahwa yang mereka perangi sesungguhnya adalah umat Islam.

    Walhasil, bisa dimengerti kenapa Miliarder George Soros berpendapat, perang melawan terorisme merupakan hal yang menyesatkan karena kita tidak tahu pasti sosok dan keberadaan teroris. Jenis perang seperti ini rawan manipulasi. Terbukti, menurut Soros, para “ekstremis” dalam pemerintahan Presiden AS George W Bush menggunakannya sebagai alat pembenaran menginvasi Afganistan dan Irak (George Soros, America After 9/11: Victims Turning Perpetrators; Open Democracy, 20/5/2004).

    Perang melawan terorisme pun menjadi teror baru terhadap umat Islam. Negara-negara yang mengikuti kampanye ini justru banyak melakukan pelanggaran HAM. Seperti yang dikutip Maruli Tobing (Kompas; Jumat, 29 Juni 2007) Laporan komisi parlemen Eropa baru-baru ini mencatat lebih dari 1.000 penerbangan ilegal CIA di wilayah Eropa sejak tahun 2001. Penerbangan ini mengangkut tahanan ilegal dan orang-orang yang diculik. Laporan Human Rights Center for the Assitance of Prisoners tahun 2005 mencatat, Pemerintah Mesir memenjarakan lebih dari 15.000 orang aktivis Islam. Hal yang sama terjadi di Pakistan, atas nama perang melawan terorisme dan radikalisme , Musharraf menyerbu Masjid Merah hampir seratus santri terbunuh. Tentu sangat menyedihkan kalau aparat Indonesia menteror rakyatnya sendiri atas petunjuk Amerika . Bukankah aparat dibentuk untuk menjaga keamanan rakyat dan mendapat gaji dari rakyat ?

      Waktu sekarang Tue 14 May 2024, 11:01