Phobia terhadap ISLAM yang menjangkiti “Barat” ternyata sudah menjalar dan meluas begitu pesat, bukan saja menjangkiti para bule yang memang dalam hatinya penuh penyakit terhadap ISLAM, tapi dengan sukses dan liciknya negri – negri yang secara geografis berpenduduk mayoritas muslim pun “ditulari” dengan suksesnya, bahkan mereka rela membunuh saudara seimannya dengan dalih memberantas teroris tanpa peduli benar atau tidak tuduhan itu.
Negara adidaya yang sebelumnya begitu ketat meng-embargo negri ini ketika memang sangat memerlukan alutsita karena masalah separatis, justru jor – joran melatih dan mempersenjatai polisi kita hanya untuk berprilaku “koboy” terhadap saudara seimannya seperti nenek moyang mereka memperlakukan penduduk asli disana dahulu kala. Bahkan dengan angkuhnya mereka melabeli setiap muslim sebagai “teroris” atau “islam radikal” kepada ummat yang berpegang teguh pada akidahnya, sementara mereka mendidik, mendanai dan mendoktrin penganut “agama islam” yang sesuai dengan selera mereka serta melabelinya dengan istilah yang mewah sebagai “cendikiawan muslim”, “budayawan”, “pemerhati islam” atau bahkan gelar bergengsi Phd kajian islam bahkan proffesor sekalipun.
Lalu hendak menjadi seperti apakah negri ini selanjutnya? apakah ummat muslim negri ini mulai berubah menjadi buih dilautan ataukah sedari dahulu kala memang sekedar buih dilautan ? sehingga mudah dibodohi dan dipengaruhi ?
Negara adidaya yang sebelumnya begitu ketat meng-embargo negri ini ketika memang sangat memerlukan alutsita karena masalah separatis, justru jor – joran melatih dan mempersenjatai polisi kita hanya untuk berprilaku “koboy” terhadap saudara seimannya seperti nenek moyang mereka memperlakukan penduduk asli disana dahulu kala. Bahkan dengan angkuhnya mereka melabeli setiap muslim sebagai “teroris” atau “islam radikal” kepada ummat yang berpegang teguh pada akidahnya, sementara mereka mendidik, mendanai dan mendoktrin penganut “agama islam” yang sesuai dengan selera mereka serta melabelinya dengan istilah yang mewah sebagai “cendikiawan muslim”, “budayawan”, “pemerhati islam” atau bahkan gelar bergengsi Phd kajian islam bahkan proffesor sekalipun.
Lalu hendak menjadi seperti apakah negri ini selanjutnya? apakah ummat muslim negri ini mulai berubah menjadi buih dilautan ataukah sedari dahulu kala memang sekedar buih dilautan ? sehingga mudah dibodohi dan dipengaruhi ?